Siapakah Wahabi, Asal Usulnya dan Apa Ajarannya?

Gerakan Wahabi atau Wahhabisme adalah salah satu aliran yang cukup kontroversial dalam sejarah Islam. Gerakan ini sering dikaitkan dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang ulama yang hidup pada abad ke-18 di Arab Saudi. Ajaran dan pemikiran Wahhabi seringkali diperdebatkan, baik di kalangan ulama, maupun di kalangan masyarakat luas, mengingat keberadaannya yang berhubungan erat dengan pembaruan agama yang cukup radikal dalam konteks waktu itu.

Sebagai salah satu aliran yang muncul dengan tujuan untuk memurnikan ajaran Islam, Wahhabi menekankan pentingnya kembali ke sumber-sumber asli ajaran Islam, yaitu Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian, banyak pihak yang mengkritik ajaran Wahhabi karena dianggap mengingkari banyak amalan yang sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Muslim, dan di sisi lain ada pula yang mendukung gerakan ini sebagai usaha pemurnian Islam dari praktik-praktik yang dianggap sebagai bid'ah dan syirik.

Artikel ini akan membahas secara objektif tentang siapakah Wahabi, asal-usul gerakan Wahhabi, serta ajaran-ajaran utama yang dibawa oleh gerakan ini, berdasarkan dalil Al-Qur'an dan hadits serta pendapat ulama.

1. Asal Usul Wahhabi

Gerakan Wahhabi dimulai pada abad ke-18 di Arab Saudi oleh seorang ulama bernama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703–1792). Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Uyayna, sebuah kota kecil di wilayah Najd, Arab Saudi. Sejak muda, ia sangat tertarik dengan kajian-kajian agama dan mempelajari Ilmu Fiqh, Hadits, dan Aqidah Islamiyah. Setelah menempuh pendidikan agama di berbagai tempat, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai menekuni ajaran-ajaran yang berusaha untuk memurnikan tauhid dan menghapuskan segala bentuk syirik, bid'ah, serta khurafat yang berkembang di masyarakat pada waktu itu.

Pada masa itu, masyarakat Islam banyak terjerumus dalam praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni. Praktik-praktik seperti berdoa kepada selain Allah, menyembelih hewan untuk selain Allah, serta memuja kuburan dianggap sebagai penyimpangan yang perlu dihapuskan. Oleh karena itu, Wahhabisme lahir sebagai sebuah gerakan puritan yang bertujuan untuk mengembalikan umat Islam kepada ajaran yang benar dan murni menurut Al-Qur'an dan sunnah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab kemudian membangun koalisi dengan Pangeran Muhammad bin Saud dari kerajaan Dir'iyah di Najd, yang memimpin daerah tersebut. Kerjasama antara keduanya melahirkan sebuah gerakan yang kemudian dikenal dengan nama Wahhabisme, yang berfokus pada pemurnian ajaran Islam, terutama dalam hal tauhid dan penolakan terhadap bid'ah serta syirik.

2. Ajaran Utama Wahhabi

Ajaran Wahhabi sangat menekankan pada dua hal utama: pembebasan umat Islam dari praktik-praktik yang dianggap bid'ah dan penguatan tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa ajaran penting dari Wahhabisme:

a. Pemurnian Tauhid

Wahhabi mengajarkan bahwa tauhid (keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah) adalah inti dari ajaran Islam. Mereka sangat menentang segala bentuk syirik (menyekutukan Allah) yang dapat mencemari kemurnian tauhid, seperti berdoa kepada selain Allah, meminta bantuan dari orang mati, atau memuja kuburan. Salah satu alasan mengapa Wahhabi menekankan tauhid adalah karena mereka melihat bahwa banyak masyarakat Islam pada masa itu yang melakukan praktik-praktik yang dianggap bertentangan dengan ajaran tauhid murni.

b. Penolakan terhadap Bid'ah

Gerakan Wahhabi sangat keras dalam menentang bid'ah (innovasi dalam agama). Mereka beranggapan bahwa segala bentuk ibadah atau amalan yang tidak ada tuntunannya dalam Al-Qur'an dan sunnah adalah bid'ah dan harus ditinggalkan. Hal ini mencakup banyak tradisi Islam yang berkembang di masyarakat, seperti perayaan maulid Nabi, kunjungan ke kuburan untuk berdoa, dan berbagai ritual keagamaan lainnya yang dianggap tidak sesuai dengan praktik Nabi Muhammad SAW.

c. Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah

Salah satu prinsip dasar ajaran Wahhabi adalah kembali kepada Al-Qur'an dan sunnah sebagai sumber ajaran Islam yang otoritatif. Wahhabi menolak segala bentuk penggunaan akal atau taqlid (mengikuti pendapat ulama tertentu tanpa dasar yang kuat dari Al-Qur'an dan hadits). Dalam pandangan Wahhabi, umat Islam harus mempraktekkan agama secara langsung berdasarkan petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur'an dan sunnah, tanpa mengada-ada atau menambahkan hal-hal yang tidak ada tuntunannya.

3. Dalil Al-Qur'an dan Hadits

Sebagian besar ajaran Wahhabi didasarkan pada dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Mereka menekankan pentingnya menjaga kemurnian ajaran Islam, serta menghindari segala bentuk penyimpangan dari ajaran asli Islam.

Dalil Al-Qur'an

Beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menjadi dasar ajaran Wahhabi, antara lain:

1. Surah Al-Baqarah (2:21-22):  

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya"Wahai umat manusia, sembahlah Tuhan yang menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 21-22

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, yang menjadi dasar ajaran tauhid dalam Wahhabisme.

2. Surah Al-Mulk (67:15):  

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ

Artinya"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al-Mulk : 15

Wahhabi menganggap ayat ini sebagai dalil bahwa kita tidak boleh menyembah selain Allah atau melakukan praktik yang bisa mengarah pada syirik.

Dalil Hadits

Hadis-hadis yang dijadikan dasar ajaran Wahhabi juga banyak yang menyebutkan tentang penolakan terhadap syirik dan peningkatan tauhid. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

"Barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah (syirik), maka tempatnya adalah neraka." (HR. Muslim)

Hadis ini sering dijadikan rujukan oleh Wahhabi untuk menegaskan pentingnya murni menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun.

4. Pandangan Ulama Mengenai Wahhabi

Pandangan ulama terhadap Wahhabi sangat beragam. Beberapa ulama Ahlussunnah wal Jama'ah mengkritik ajaran Wahhabi karena dianggap terlalu keras dan menganggap banyak amalan umat Islam sebagai bid'ah atau syirik, meskipun amalan tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan sunnah yang sahih. Mereka menilai bahwa Wahhabi terlalu fokus pada pemurnian agama yang kadang mengarah pada pengingkaran terhadap tradisi Islam yang telah berkembang.

Namun, ada pula ulama yang mendukung gerakan Wahhabi, dengan alasan bahwa tujuan utama dari ajaran ini adalah untuk membersihkan umat Islam dari berbagai penyimpangan dan mengembalikan mereka pada ajaran yang asli. Salah satu ulama yang mendukung Wahhabi adalah Syaikh Al-Albani, yang menilai bahwa Wahhabi adalah gerakan yang berusaha menegakkan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Kesimpulan

Wahhabi adalah gerakan yang didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pada abad ke-18 di Arab Saudi, dengan tujuan untuk memurnikan ajaran Islam dari segala bentuk syirik dan bid'ah. Ajaran-ajaran Wahhabi berfokus pada pembebasan umat Islam dari penyimpangan agama dan penegakan tauhid serta sunnah yang murni. Meskipun gerakan ini banyak dikritik karena dianggap terlalu keras dan eksklusif, ajarannya memiliki pengaruh yang besar, terutama di wilayah Arab Saudi.

Sebagai umat Islam, penting untuk selalu menggali pemahaman agama dengan hati-hati, berdasarkan dalil yang sahih dan pendapat ulama yang berkompeten, agar kita tetap dapat menjaga kemurnian iman kita tanpa terjebak pada penyimpangan-penyimpangan yang merusak ajaran Islam yang asli.

Posting Komentar

"Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, mari kita budayakan bertutur kata yang baik dan saling menghormati. Mohon maaf bila komentar Anda yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan saya hapus. Bila Anda ingin memberikan saran, kritik, masukan yang membangun, dan memberikan tambahan materi bila ada kekurangan pada artikel yang sedang dibahas dengan senang hati saya persilakan, terima kasih."