Sejarah Sekte Jahmiyah dan Ajaran Sesatnya Dalam Islam

Sejarah Sekte Jahmiyah dan Ajaran Sesatnya Dalam Islam

Islam adalah agama yang mengajarkan tauhid (keesaan Allah), keyakinan terhadap rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan prinsip-prinsip dasar lainnya yang tercermin dalam Al-Qur'an dan hadis. Namun, sepanjang sejarahnya, Islam tidak terlepas dari berbagai sekte dan aliran yang muncul dan berkembang dengan pemahaman yang menyimpang dari ajaran asli yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu sekte yang terkenal dan kontroversial dalam sejarah Islam adalah Sekte Jahmiyah.

Sekte Jahmiyah muncul pada abad ke-2 H (8 M) di masa awal perkembangan kekhalifahan Islam, dengan ajaran yang bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam yang sahih. Ajaran mereka banyak menyimpang dari pemahaman yang benar mengenai Allah, sifat-sifat-Nya, dan aspek-aspek dasar lainnya dalam Islam. Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara rinci mengenai sejarah sekte Jahmiyah, ajaran sesat mereka, serta dampaknya terhadap umat Islam.

1. Asal Usul dan Sejarah Munculnya Sekte Jahmiyah

A. Siapa Itu Jahm bin Safwan?

Sekte Jahmiyah diambil dari nama seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam penyebaran ajaran ini, yaitu Jahm bin Safwan. Jahm bin Safwan adalah seorang tokoh asal Transoxiana (wilayah yang kini terletak di sekitar Asia Tengah), yang lahir pada abad ke-2 Hijriyah. Jahm bin Safwan dikenal sebagai seorang pemikir yang terpengaruh oleh aliran pemikiran filsafat Yunani dan gagasan-gagasan yang berkembang pada saat itu. Ajaran-ajarannya sangat dipengaruhi oleh aliran rasionalisme dan teori-teori yang bertentangan dengan ajaran sunnah.

Salah satu kontribusi penting dari Jahm bin Safwan adalah pengembangan pandangannya yang menyatakan bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat tertentu yang tercantum dalam Al-Qur'an dan hadis sahih. Ajaran-ajaran ini akhirnya berkembang menjadi sebuah sekte, yang dikenal dengan nama Jahmiyah.

B. Penyebaran Sekte Jahmiyah

Setelah ajaran Jahm bin Safwan mulai dikenal, pengikut-pengikutnya menyebar ke berbagai wilayah kekhalifahan Islam, terutama di kawasan Kufa dan Bashra (dua kota besar di Irak pada saat itu). Pengaruh sekte ini semakin meluas pada masa kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, meskipun mereka selalu ditentang oleh sebagian besar ulama dan pengikut mazhab salaf yang setia pada ajaran yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis sahih.

Pada masa pemerintahan Al-Ma'mun, khalifah dari Dinasti Abbasiyah, sekte Jahmiyah mendapat dukungan politik, karena pemerintah Abbasiyah mendukung ajaran-ajaran rasionalisme, termasuk Mu'tazilah dan aliran-aliran yang sejalan. Pemerintah Abbasiyah berusaha untuk menegakkan doktrin-doktrin rasionalisme dalam masyarakat Islam, yang menyebabkan penyebaran ajaran-ajaran sesat, termasuk ajaran Jahmiyah.

2. Ajaran Sesat Sekte Jahmiyah

A. Penolakan Terhadap Sifat-Sifat Allah

Salah satu ajaran paling kontroversial dari sekte Jahmiyah adalah penolakan terhadap sifat-sifat Allah. Jahm bin Safwan mengajarkan bahwa Allah tidak memiliki sifat tertentu seperti yang digambarkan dalam Al-Qur'an dan hadis, seperti tangan, wajah, mata, dan bersemayam di atas Arsy. Dalam pandangan mereka, konsep-konsep tersebut hanyalah kiasan dan bukan sifat yang nyata atau aktual bagi Allah.

Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sahih, di mana Allah digambarkan dalam Al-Qur'an dan hadis dengan berbagai sifat yang sempurna dan nyata, yang tidak ada bandingannya. Misalnya, Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Ikhlas (112:4):  

وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

Artinya: "Tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya." (QS. Al-Ikhlas :4

Selain itu, dalam banyak hadis shahih, Nabi Muhammad SAW menggambarkan sifat-sifat Allah, seperti tangan Allah yang penuh berkah dan wajah-Nya yang mulia. Pandangan Jahmiyah tentang penolakan sifat-sifat ini, yang dikenal sebagai ta'til (penyangkalan terhadap sifat-sifat Allah), dianggap sesat oleh mayoritas ulama Ahlus Sunnah.

B. Penolakan Terhadap Qudrah (Kekuasaan) Allah yang Terlihat

Jahm bin Safwan juga menolak gagasan bahwa Allah dapat melihat dan berinteraksi dengan makhluk-Nya secara langsung. Sekte ini berpendapat bahwa Allah tidak berhubungan langsung dengan ciptaan-Nya, dan mereka membatasi pemahaman tentang Tuhan menjadi sesuatu yang transenden dan tidak terjangkau oleh pemikiran manusia.

Pandangan ini juga bertentangan dengan ajaran Islam, yang mengajarkan bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini. Al-Qur'an dengan jelas menyatakan bahwa Allah Maha Dekat dan menjawab doa-doa hamba-Nya. Misalnya dalam Surat Al-Baqarah (2:186):  

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS. Al- Baqarah : 186

C. Menyangkal Keberadaan Syafaat

Ajaran lain dari sekte Jahmiyah adalah penolakan terhadap konsep syafaat (pertolongan) di akhirat. Mereka berpendapat bahwa tidak ada orang yang bisa memberi syafaat kepada orang lain, bahkan Nabi Muhammad SAW sekalipun. Pandangan ini bertentangan dengan banyak ayat Al-Qur'an dan hadis yang menyebutkan tentang syafaat yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang diberi izin oleh Allah. Contoh ayat yang menyebutkan syafaat dalam Al-Qur'an adalah dalam Surat Al-Baqarah (2:255):  

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Artinya: "Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Berdiri Sendiri. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya." (QS. Al-Baqarah : 255

3. Penolakan Terhadap Sekte Jahmiyah

A. Sikap Ulama terhadap Ajaran Jahmiyah

Kelompok ulama Ahlus Sunnah, terutama mereka yang berpegang teguh pada mazhab-mazhab yang sahih seperti Ahlul Hadist dan Ahlus Sunnah wal Jamaah, menentang keras ajaran-ajaran yang diajarkan oleh sekte Jahmiyah. Mereka menyebut ajaran tersebut sebagai bid'ah (inovasi dalam agama) dan kesesatan. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa penolakan terhadap sifat-sifat Allah adalah bentuk penyimpangan yang besar dari ajaran Islam yang autentik.

Beberapa ulama terkenal yang menentang ajaran Jahmiyah antara lain:

  • Imam Ahmad bin Hanbal: Beliau adalah salah satu ulama besar yang menentang ajaran Jahmiyah dan menyatakan bahwa menafikan sifat-sifat Allah adalah kufur dan bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.
  • Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim: Mereka juga secara tegas menentang ajaran yang menyimpang ini, dengan mengumpulkan hadis-hadis yang menunjukkan sifat-sifat Allah yang tidak dapat ditolak atau ditafsirkan secara metaforis.

B. Dampak dan Pembubaran Sekte Jahmiyah

Karena ajaran mereka yang sesat dan bertentangan dengan mayoritas umat Islam, sekte Jahmiyah mengalami penurunan pengaruh seiring berjalannya waktu. Para pengikutnya mulai berkurang dan akhirnya banyak yang meninggalkan ajaran tersebut. Meskipun demikian, ideologi mereka tetap hidup dalam beberapa bentuk pemikiran yang sesat di kalangan beberapa kelompok minoritas.

4. Kesimpulan

Sekte Jahmiyah adalah salah satu sekte sesat yang muncul pada abad ke-2 H dengan ajaran yang menolak sifat-sifat Allah dan keyakinan tentang hubungan langsung antara Allah dan ciptaan-Nya. Ajaran-ajaran mereka sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sahih, terutama dalam hal pemahaman tentang sifat Allah, syafaat, dan kekuasaan Allah.

Ulama-ulama Ahlus Sunnah dengan tegas menentang ajaran Jahmiyah karena dianggap sebagai bentuk penyimpangan dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Meskipun sekte ini sudah tidak ada lagi, dampak ajaran sesatnya masih perlu diwaspadai, dan umat Islam perlu terus berpegang pada ajaran yang benar sesuai dengan Al-Qur'an dan hadis yang sahih.

Posting Komentar

"Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, mari kita budayakan bertutur kata yang baik dan saling menghormati. Mohon maaf bila komentar Anda yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan saya hapus. Bila Anda ingin memberikan saran, kritik, masukan yang membangun, dan memberikan tambahan materi bila ada kekurangan pada artikel yang sedang dibahas dengan senang hati saya persilakan, terima kasih."