Sejarah Islam mencatat bahwa dalam perjalanan panjangnya, berbagai aliran dan sekte berkembang di kalangan umat Islam. Meskipun sebagian besar dari sekte-sekte ini mengikuti ajaran pokok Al-Qur'an dan Sunnah, ada juga beberapa sekte yang menyimpang dari prinsip-prinsip dasar Islam. Salah satu sekte yang muncul di masa awal Islam adalah Sekte Kullabiyah, yang memiliki ajaran yang kontroversial dan dianggap sesat oleh banyak ulama Islam.
1. Asal Usul dan Sejarah Munculnya Sekte Kullabiyah
A. Siapa Itu Abu Ali al-Kullabi?
Sekte Kullabiyah dinamakan menurut Abu Ali al-Kullabi, seorang tokoh penting dalam sejarah teologi Islam yang muncul pada abad ke-3 Hijriyah (sekitar abad ke-9 M). Abu Ali al-Kullabi adalah seorang teolog dan filosof yang berasal dari Kufa (Irak) dan dikenal sebagai salah satu pengikut al-Asy'ari, yang juga merupakan pendiri aliran teologi Asy'ariyah. Meskipun al-Asy'ari sendiri akhirnya kembali kepada ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah, beberapa pengikutnya, seperti al-Kullabi, mengambil jalan yang berbeda.
Abu Ali al-Kullabi mengembangkan ajaran yang dikenal dengan nama teologi Kullabiyah, yang berfokus pada masalah sifat-sifat Allah dan pengertian tentang iman dalam Islam. Ajaran Kullabiyah muncul pada masa-masa yang penuh dengan fitnah dan perpecahan, yang terjadi akibat pengaruh aliran Mu'tazilah yang cukup dominan pada masa itu. Mu'tazilah terkenal dengan ajarannya yang sangat rasional dan berusaha menafsirkan sifat-sifat Allah dengan akal manusia.
B. Pengaruh Mu'tazilah dalam Pemikiran Kullabiyah
Abu Ali al-Kullabi sangat dipengaruhi oleh pemikiran Mu'tazilah, terutama dalam hal rasionalisasi ajaran teologi. Dalam konteks ini, ajaran Kullabiyah muncul sebagai reaksi terhadap ketegangan antara Ahlus Sunnah wal Jamaah dan aliran Mu'tazilah. Meskipun al-Kullabi berusaha untuk menjembatani keduanya, ajarannya tetap dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang sahih.
Al-Kullabi berpendapat bahwa sifat-sifat Allah harus dipahami secara rasional dan bahwa tidak mungkin ada pemahaman yang bertentangan dengan akal sehat manusia. Hal ini menyebabkan sebagian besar pemikiran Kullabiyah menjadi kontroversial dan tidak diterima oleh mayoritas ulama Islam.
2. Ajaran Sesat Sekte Kullabiyah
A. Penafsiran Rasional Terhadap Sifat-Sifat Allah
Salah satu ajaran utama yang menonjol dalam sekte Kullabiyah adalah penafsiran rasional terhadap sifat-sifat Allah. Abu Ali al-Kullabi berusaha untuk memberikan penjelasan teologis yang rasional mengenai sifat-sifat Allah, seperti Ilmu, Kehendak, dan Kuasa Allah. Ia berpendapat bahwa sifat-sifat Allah, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadis, harus dipahami dalam konteks rasionalitas manusia.
Namun, pemahaman ini bertentangan dengan prinsip utama ajaran Islam yang mengajarkan bahwa sifat-sifat Allah tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya, dan bahwa kita tidak boleh mencoba menggambarkan Allah dengan cara yang dapat dipahami oleh akal manusia. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ أَزْوَٰجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. As-Syura: 11).
Ajaran ini lebih mendekati kepada ajaran Mu'tazilah yang juga cenderung menafsirkan sifat-sifat Allah dengan pendekatan rasional, yang dalam banyak kasus dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang sahih.
B. Penyimpangan Dalam Pemahaman Iman dan Amal
Dalam ajaran Kullabiyah, ada juga penyimpangan terkait dengan pemahaman iman dan amal. Kullabi berpendapat bahwa iman itu hanya sekadar keyakinan dalam hati dan ucapan (syahadat), tanpa perlu adanya peran yang signifikan dari amal perbuatan. Dalam pandangan Kullabi, seseorang yang mengucapkan syahadat dan memiliki keyakinan yang benar dalam hatinya sudah cukup untuk dianggap sebagai muslim yang beriman, meskipun ia tidak mengerjakan amal perbuatan dengan baik.
Pandangan ini berbeda dengan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah yang mengajarkan bahwa iman harus diwujudkan dalam amal perbuatan. Sebagaimana dalam banyak ayat Al-Qur'an, amal saleh adalah tanda dari keimanan seseorang, seperti dalam surat Al-Baqarah (2:277):
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Baqarah : 277)
C. Pemahaman Tentang Kehendak Allah
Sekte Kullabiyah juga memiliki pandangan yang berbeda mengenai kehendak Allah. Mereka meyakini bahwa kehendak Allah bersifat universal dan mencakup segala sesuatu, tetapi mereka juga memperkenalkan unsur rasionalisasi dalam memahami bagaimana kehendak Allah bekerja dalam kehidupan manusia.
Hal ini menyebabkan ajaran mereka terjebak dalam penafsiran yang terlalu rasional, dan kurang menekankan pada keimanan yang berserah diri kepada Allah tanpa perlu memahami segala aspek-Nya dengan akal semata.
Ajaran ini sangat bertentangan dengan konsep tawakkul (berserah diri kepada Allah) yang diajarkan dalam Islam. Islam mengajarkan agar umatnya berserah diri kepada kehendak Allah dalam segala aspek hidup mereka, tanpa terlalu banyak mencari penjelasan rasional yang bersifat terbatas.
3. Tanggapan Ulama Terhadap Sekte Kullabiyah
A. Penolakan dari Ahlus Sunnah wal Jamaah
Sebagaimana halnya dengan sekte-sekte lainnya yang menyimpang dari ajaran yang sahih, ajaran sekte Kullabiyah mendapat penolakan keras dari ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ulama besar seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Malik, dan Imam al-Syafi'i menentang pemikiran yang mengutamakan penafsiran rasional terhadap sifat-sifat Allah dan memahami iman hanya sebatas ucapan dan keyakinan tanpa amal perbuatan.
Mereka menegaskan bahwa Allah adalah dzat yang tidak serupa dengan apapun dan tidak dapat dijelaskan secara fisik atau rasional. Dalam hal iman dan amal, ulama Ahlus Sunnah sepakat bahwa keimanan seseorang tidak hanya dinilai berdasarkan keyakinan, tetapi juga harus dibuktikan dengan amal perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam.
B. Perlawanan dan Pembubaran Sekte Kullabiyah
Pemerintah pada masa itu, yang dipimpin oleh dinasti Abbasiyah, juga mulai merespon ajaran Kullabiyah dengan keras, mengingat ajaran ini dapat menyebabkan perpecahan lebih lanjut dalam kalangan umat Islam. Pada masa pemerintahan al-Mutawakkil, beberapa aliran yang menyimpang seperti Kullabiyah mulai dipinggirkan dan ajarannya tidak diterima oleh khalifah serta ulama.
C. Pengaruh Terhadap Ajaran-ajaran Selanjutnya
Meskipun sekte Kullabiyah akhirnya terpinggirkan, sebagian ajaran mereka tetap mempengaruhi perkembangan teologi Islam, terutama dalam cara berpikir rasional tentang sifat-sifat Allah. Pengaruh ini dapat dilihat dalam aliran Asy'ariyah dan Maturidiyah, yang meskipun berbeda, mengadopsi beberapa pendekatan rasional dalam memahami sifat-sifat Allah, namun tetap berpegang teguh pada prinsip ta'wil (menafsirkan secara simbolik) daripada tashbih (penyerupaan dengan makhluk).
4. Kesimpulan
Bagi umat Islam, penting untuk selalu berpegang pada ajaran yang sahih berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta menghindari ajaran-ajaran yang menyimpang yang dapat menyesatkan dari jalan yang benar.
Posting Komentar