Sejarah Sekte Qadariyah dan Ajaran Sesatnya Dalam Islam

Sejarah Islam mencatat munculnya berbagai sekte dan aliran yang berkembang di luar ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sekte-sekte ini, sebagian besar muncul akibat penafsiran yang menyimpang terhadap ajaran-ajaran Islam, yang sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam seperti tauhid, keadilan, dan peran wahyu dalam hidup umat Islam. Salah satu sekte yang muncul di awal sejarah Islam adalah Sekte Qadariyah, yang ajaran-ajarannya banyak ditentang oleh ulama-ulama besar Islam.

Sekte Qadariyah mengajarkan pemahaman yang berbeda tentang takdir dan kebebasan manusia dalam menentukan nasibnya. Mereka dikenal karena pandangannya yang kontroversial mengenai kebebasan kehendak manusia, yang dianggap sesat oleh sebagian besar ulama Islam. Dalam artikel ini, kita akan membahas asal-usul sekte Qadariyah, ajaran sesat mereka, serta respon dari kalangan ulama terhadap sekte ini.

1. Asal Usul dan Sejarah Munculnya Sekte Qadariyah

A. Siapa Itu Ma'bad al-Juhani?

Sekte Qadariyah diambil dari nama seorang tokoh bernama Ma'bad al-Juhani, yang merupakan salah satu tokoh utama yang dikenal sebagai penggagas ajaran ini pada abad ke-1 Hijriyah. Ma'bad al-Juhani berasal dari daerah Kufa, Irak, dan dikenal sebagai seorang pemikir yang terpengaruh oleh pandangan-pandangan filsafat Yunani dan beberapa aliran keagamaan yang ada pada masanya.

Pada awalnya, Ma'bad al-Juhani menyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan penuh untuk memilih tindakannya tanpa adanya intervensi dari takdir Allah. Ajaran ini bertentangan dengan prinsip dasar dalam Islam yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah, dan takdir-Nya bersifat mutlak. Pemikiran ini berkembang menjadi sebuah sekte yang kemudian dikenal sebagai Qadariyah.

B. Penyebaran Sekte Qadariyah

Sekte Qadariyah awalnya berkembang di wilayah Kufa dan Baghdad, tempat di mana banyak pemikir dan intelektual Muslim pada saat itu mulai tertarik pada berbagai aliran filsafat dan pemikiran rasional. Ajaran Ma'bad al-Juhani disebarkan oleh para pengikutnya, meskipun pada akhirnya ajaran tersebut mendapat tantangan besar dari para ulama yang berpegang pada ajaran Islam yang sahih.

Pada masa Khalifah Umar bin Abd al-Aziz, sekte ini mulai mendapatkan perhatian lebih, terutama karena ajaran mereka dianggap dapat merusak stabilitas iman umat Islam. Sebagian besar ulama yang berpegang pada Ahlus Sunnah wal Jamaah menentang keras ajaran-ajaran Qadariyah ini, yang dianggap menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad SAW.

2. Ajaran Sesat Sekte Qadariyah

A. Konsep Kebebasan Manusia dalam Menentukan Takdir

Ajaran paling utama yang dibawa oleh sekte Qadariyah adalah pemahaman tentang kebebasan manusia dalam menentukan nasibnya tanpa keterlibatan takdir Allah. Ma'bad al-Juhani dan pengikutnya mengajarkan bahwa manusia sepenuhnya bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang dilakukannya dan bahwa tidak ada takdir yang mengikatnya. Mereka percaya bahwa Allah tidak menentukan perbuatan-perbuatan manusia, dan bahwa manusia memiliki kebebasan penuh untuk memilih jalan hidupnya.

Pemahaman ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menyatakan bahwa takdir Allah mencakup segala sesuatu, baik yang baik maupun yang buruk. Sebagaimana tercantum dalam banyak ayat Al-Qur'an, Allah mengatur segala sesuatu di alam semesta, termasuk takdir umat manusia. Sebagai contoh, dalam surat Al-Qamar (54:49):  

Ø¥ِÙ†َّا ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ Ø®َÙ„َÙ‚ْÙ†َٰÙ‡ُ بِÙ‚َدَرٍ

Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir." (QS. Al-Qamar : 49

B. Penolakan Terhadap Takdir Allah

Ajaran Qadariyah menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah hasil dari usaha dan kehendak manusia semata, tanpa campur tangan takdir Allah. Mereka berpendapat bahwa Allah memberikan kebebasan penuh kepada manusia untuk bertindak tanpa ada batasan dari takdir-Nya. Ini menyebabkan pemikiran mereka bertentangan dengan ajaran Islam yang menegaskan bahwa meskipun manusia diberikan ikhtiar (usaha), namun Allah-lah yang menentukan segala hal di dunia ini.

Hal ini juga bertentangan dengan pandangan Islam mengenai konsep Qada' dan Qadar (takdir dan ketentuan Allah), yang merupakan bagian penting dari rukun iman dalam Islam. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda:  

"Sesungguhnya salah satu dari cabang iman adalah meyakini takdir yang baik dan buruk, yang sudah ditentukan oleh Allah." (HR. Muslim) 

C. Pengaruh Ajaran Kebebasan Manusia

Pemahaman tentang kebebasan manusia yang diajarkan oleh Qadariyah dapat menimbulkan pandangan bahwa manusia tidak perlu bertanggung jawab atas tindakannya karena semuanya adalah hasil pilihan bebas, tanpa adanya takdir dari Allah. Pandangan ini dapat menurunkan kedalaman rasa tawakal kepada Allah dan membebaskan individu dari pengakuan bahwa Allah adalah Maha Pengatur (Al-Qadir) yang mengatur segalanya dalam kehidupan ini.

3. Respons Ulama Terhadap Sekte Qadariyah

A. Tanggapan Ulama Ahlus Sunnah

Para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Abu Hanifah, sangat menentang ajaran Qadariyah karena ajaran mereka yang menyimpang dari prinsip dasar takdir dalam Islam. Para ulama ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah, dan bahwa takdir Allah mencakup segala yang ada di alam semesta ini, baik yang tampak oleh manusia maupun yang tersembunyi.

Imam Ahmad bin Hanbal, misalnya, menyatakan bahwa pemikiran yang menolak takdir Allah adalah bid'ah (inovasi dalam agama) dan sesat. Dalam banyak kesempatan, beliau menegaskan bahwa beriman kepada takdir adalah bagian dari rukun iman yang tidak dapat disangkal oleh seorang Muslim.

B. Tindakan Pemerintah terhadap Sekte Qadariyah

Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abd al-Aziz, yang dikenal sebagai khalifah yang mendukung pembersihan pemikiran yang menyimpang dari ajaran Islam, sekte Qadariyah mulai mendapatkan perlawanan yang kuat. Banyak pengikut sekte ini yang dipanggil untuk ditanya tentang ajaran mereka, dan beberapa di antaranya dihukum karena penyebaran ajaran yang dianggap sesat dan merusak akidah umat Islam.

Pemerintah Abbasiyah, terutama pada masa Khalifah Al-Ma'mun, juga mengadakan perdebatan ilmiah dan diskusi untuk melawan ajaran-ajaran yang menyimpang, termasuk ajaran Qadariyah.

4. Kesimpulan

Sekte Qadariyah adalah salah satu sekte yang muncul pada abad-abad awal sejarah Islam, dengan ajaran yang menyimpang tentang kebebasan manusia dalam menentukan takdirnya. Ajaran mereka yang menolak takdir Allah dan menganggap bahwa manusia sepenuhnya bertanggung jawab atas nasibnya tanpa campur tangan Allah sangat bertentangan dengan prinsip dasar Islam mengenai takdir (Qada' dan Qadar).

Pandangan ini menimbulkan kontroversi besar di kalangan umat Islam, dan akhirnya banyak ditentang oleh ulama-ulama besar Islam. Dalam sejarahnya, sekte Qadariyah berhasil dibendung dan tidak dapat berkembang lebih luas, namun ajarannya tetap menjadi pembahasan penting dalam studi sejarah pemikiran Islam. Umat Islam perlu selalu berpegang pada ajaran yang benar yang datang dari Al-Qur'an dan hadis sahih, serta menjauhi segala bentuk ajaran yang bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam yang sahih.

Posting Komentar

"Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, mari kita budayakan bertutur kata yang baik dan saling menghormati. Mohon maaf bila komentar Anda yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan saya hapus. Bila Anda ingin memberikan saran, kritik, masukan yang membangun, dan memberikan tambahan materi bila ada kekurangan pada artikel yang sedang dibahas dengan senang hati saya persilakan, terima kasih."