Shalat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Shalat adalah ibadah yang paling utama dan paling afdhal setelah syahadat. Shalat adalah sarana untuk berkomunikasi langsung dengan Allah, mengucapkan pujian, memohon ampun, dan meminta pertolongan. Shalat adalah pengejawantahan dari tauhid, yaitu pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Namun, banyak orang yang mengaku muslim tetapi tidak melaksanakan shalat. Mereka menganggap shalat sebagai sesuatu yang tidak penting, tidak berpengaruh, atau bahkan tidak wajib. Mereka mengklaim bahwa mereka masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, meskipun tidak menunaikan shalat. Mereka berdalih bahwa iman ada di hati, bukan di lahir.
- Apakah dalih ini benar?
- Apakah iman cukup hanya dengan mengucapkan syahadat tanpa melaksanakan shalat?
- Apakah orang yang tidak shalat masih bisa disebut muslim?
- Bagaimana hukum orang yang meninggalkan shalat?
Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan berdasarkan pada dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits. Kita akan melihat bagaimana shalat menjadi pembatas antara muslim dan kafir, dan bagaimana bahaya meninggalkan shalat.
Shalat sebagai Pembatas Antara Muslim dan Kafir
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: "Dan Allah sekali-kali tidak menyesatkan suatu kaum sesudah Dia memberi petunjuk kepada mereka, sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang mereka harus takuti. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa': 115-116)
Ayat ini menunjukkan bahwa syirik adalah dosa yang paling besar dan tidak akan diampuni oleh Allah, kecuali jika orang yang bersyirik itu bertaubat sebelum mati. Syirik adalah lawan dari tauhid, yaitu mengakui adanya tuhan selain Allah atau menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Syirik adalah bentuk kekufuran yang paling parah, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.
Lalu, apa hubungannya shalat dengan syirik? Apakah orang yang tidak shalat termasuk orang yang bersyirik?
Jawabannya adalah ya, orang yang tidak shalat termasuk orang yang bersyirik, karena ia telah meninggalkan ibadah yang paling utama dan paling menunjukkan tauhidnya. Shalat adalah pembatas antara muslim dan kafir, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
Artinya: "Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan shalat.'" (HR. Muslim no. 82)
Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan shalat telah melampaui batas antara Islam dan kufur, dan telah terjerumus ke dalam syirik. Ini karena orang yang tidak shalat telah mengingkari perintah Allah dan Rasul-Nya, dan telah mengabaikan hak Allah yang paling besar, yaitu hak untuk disembah.
Orang yang tidak shalat telah menyia-nyiakan waktu yang Allah berikan untuk beribadah, dan telah memilih dunia daripada akhirat. Orang yang tidak shalat telah menunjukkan ketidakpedulian dan ketidaktaatan kepada Allah, dan telah menyerupai orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah.
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Artinya: "Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Perjanjian yang mengikat antara kita dan mereka adalah shalat, maka siapa saja yang meninggalkan shalat, sungguh ia telah kafir.'" (HR. Tirmidzi no. 2621 dan An-Nasa'i no. 464)
Hadits ini menegaskan bahwa shalat adalah perjanjian yang membedakan antara orang yang beriman dengan orang yang kafir. Orang yang beriman adalah orang yang menepati perjanjian dengan Allah, yaitu melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam.
Orang yang kafir adalah orang yang mengingkari perjanjian dengan Allah, yaitu meninggalkan shalat. Orang yang meninggalkan shalat telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan telah keluar dari Islam.
Dari dua hadits di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa shalat adalah pembatas antara muslim dan kafir, dan bahwa orang yang tidak shalat termasuk orang yang kafir dan bersyirik.
Ini adalah pendapat yang rajih (kuat) di kalangan ulama, baik dari kalangan salaf maupun khalaf. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam An-Nasa'i, Imam Ibnu Majah, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban, Imam Ad-Darimi, Imam Al-Baihaqi, Imam Ibnu Qudamah, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Qayyim, Imam Asy-Syaukani.
Bahaya Meninggalkan Shalat
Orang yang meninggalkan shalat tidak hanya berdosa besar dan kafir, tetapi juga mendapatkan bahaya yang sangat besar di dunia dan akhirat. Di antara bahaya meninggalkan shalat adalah:
Terputusnya hubungan dengan Allah.
Orang yang tidak shalat telah memutuskan hubungan yang paling penting dalam hidupnya, yaitu hubungan dengan Allah. Ia telah kehilangan kesempatan untuk berdialog dengan Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan meraih rahmat dan ridha-Nya. Ia telah menjauhkan diri dari sumber segala kebaikan, dan mendekatkan diri kepada sumber segala keburukan.
Hilangnya cahaya iman.
Orang yang tidak shalat telah memadamkan cahaya iman yang ada di hatinya. Ia telah menggelapkan hatinya dengan dosa dan maksiat, sehingga ia tidak lagi merasakan keindahan dan manisnya iman. Ia telah kehilangan arah dan tujuan hidupnya, dan tersesat dalam kegelapan dunia.
Tertutupnya pintu taubat.
Orang yang tidak shalat telah menutup pintu taubat yang selalu terbuka bagi setiap hamba yang bertaubat. Ia telah mengabaikan panggilan Allah yang selalu mengundangnya untuk kembali kepada-Nya. Ia telah mempersempit jalan keselamatan dan kesuksesannya, dan memperluas jalan kebinasaan dan kehancurannya.
kelemahan.
Terjerumusnya ke dalam dosa-dosa besar lainnya.
Orang yang tidak shalat telah melemahkan pertahanan dirinya dari godaan syaitan dan hawa nafsu. Ia telah kehilangan kontrol atas dirinya, dan mudah tergoda untuk melakukan dosa-dosa besar lainnya, seperti zina, minum khamr, mencuri, membunuh, dan lain-lain. Ia telah menjadikan dirinya sebagai musuh Allah dan Rasul-Nya, dan sebagai teman syaitan dan pengikutnya.
Mendapatkan siksa di dunia.
Orang yang tidak shalat telah mendatangkan murka dan azab Allah di dunia. Ia telah kehilangan berkah dan rahmat Allah dalam hidupnya, dan mendapatkan kesulitan dan kesengsaraan. Ia telah kehilangan kebahagiaan dan ketenangan hati, dan mendapatkan kecemasan dan kegelisahan. Ia telah kehilangan kesehatan dan kekuatan jasmani, dan mendapatkan penyakit dan kelemahan.
Mendapatkan siksa di akhirat.
Orang yang tidak shalat telah menyiapkan tempat yang paling buruk bagi dirinya di akhirat, yaitu neraka. Ia telah mengejar kemurkaan dan siksa Allah di akhirat, dan melewatkan rahmat dan surga Allah. Ia telah menempatkan dirinya di antara orang-orang yang paling hina dan rendah di sisi Allah, yaitu orang-orang munafik dan kafir. Ia telah menyesali perbuatannya, tetapi taubatnya tidak diterima.
Kesimpulan.
Dari penjelasan di atas, kita dapat menyadari betapa besarnya bahaya meninggalkan shalat, dan betapa pentingnya melaksanakan shalat. Shalat adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim, karena shalat adalah pembatas antara muslim dan kafir.
Shalat adalah ibadah yang paling utama dan paling afdhal, karena shalat adalah pengejawantahan dari tauhid. Shalat adalah sarana untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat, karena shalat adalah kunci untuk meraih rahmat dan ridha Allah.
Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Marilah kita menjadikan shalat sebagai kebutuhan dan kebiasaan kita, bukan sebagai beban dan kewajiban saja.
Marilah kita menjadikan shalat sebagai penghapus dosa dan penyelamat diri kita, bukan sebagai penyebab dosa dan kehancuran kita. Marilah kita menjadikan shalat sebagai penolong dan penjaga kita di dunia dan akhirat, bukan sebagai musuh dan penghianat kita.
Semoga Allah memberi kita taufik dan hidayah untuk melaksanakan shalat dengan khusyu' dan ikhlas, dan menjauhkan kita dari meninggalkan shalat dengan sombong dan lalai. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang shalih dan shalihat, yang menjaga shalat mereka, dan mendapatkan pahala dan syafaat dari Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.
Source:
- Ingat, Meninggalkan Shalat itu Kafir - Rumaysho.Com. https://rumaysho.com/16843-ingat-meninggalkan-shalat-itu-kafir.html.
- Perbedaan antara Seorang Muslim dan Seorang Kafir adalah Sholat. https://www.kompasiana.com/ahmadfarros0695/657fbf37de948f559b48b0c2/perbedaan-antara-seorang-muslim-dan-seorang-kafir-adalah-sholat.
- Menjaga Islam - Serambinews.com. https://aceh.tribunnews.com/2019/03/08/menjaga-islam.
Posting Komentar