Apakah anda memiliki anak yang aktip, yang menurut anda adalah nakal dan bandel, tidak mau menurut, sering anda pukul di bagian tubuh tertentu? Tahukah anda jika memukul anak di bagian tertentu ada efek berbahaya baik secara fisik dan mental, Terutama anak usia sekitar 2 tahun yang notabene masih memiliki tubuh yang lemah. HENTIKAN sekarang juga sebelum anda menyesal. Di artikel ini akan saya rangkumkan dari berbagai sumber efek memukul anak usia 2 tahun kurang lebih, baik efek fisik maupun mental dilanjutkan dengan tahapan mendidik anak sesuai petunjuk rosululloh.
Artikel saya tujukan untuk anda para orang tua dan calon orang tua, terutama saya sendiri.
1. Efek Memukul anak secara fisik
Efek yang dapat kita lihat secara langsung adalah efek secara fisik, yang walaupun pukulan kita rasa lemah akan tetapi dapat menimbulkan efek berbahaya pada anak. Kita dahului dengan sepenggal cerita inspirasi dari netizen.
Seorang netizen pernah memberitakan bahwa beberapa waktu lalu, seorang gadis berusia 8 tahun bernama Ling Ling tiba-tiba meninggal ketika sedang menikmati masakan cakar ayam.
Ibunya sempat menduga bahwa Ling Ling mungkin keracunan makanan itu, tetapi hasil otopsi membuktikan bahwa Ling Ling meninggal dunia akibat memar otak yang disebabkan oleh pukulan dari luar.
Membuat sang ibu terlambat untuk menyesali perbuatan yang ia lakukan kepada anak kesayangannya.
Kabarnya, hari itu Ling Ling mengerjakan PR sambil menonton acara TV, dan ketika ibunya memeriksa hasil PR menemukan sejumlah kesalahan yang membuat ibu marah, lalu secara spontan menampar Ling Ling yang mengenai bagian belakang kepalanya.
Ling Ling menangis, dan ibunya pun mengalah dan menurunkan emosinya. Tak lama kemudian, ibu membawakan makanan ringan berupa beberapa potong masakan cakar ayam kesukaan Ling Ling.
Belum habis cakar ayam dimakan Ling Ling sudah mulai pusing-pusing dan muntah. Meskipun langsung dilarikan ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Apakah gamparan yang mengenai bagian belakang kepala akan berakibat begitu serius?
Dokter lalu menjelaskan, kelainan pembuluh darah otak atau malformasi pembuluh darah otak mungkin sudah terjadi pada Ling Ling. Gamparan dari ibu walau bukan penyebab langsung tetapi menjadi pemicu kematian.
Anak pada masa pertumbuhan, kekuatan luar mungkin membahayakan kehidupan dan kesehatan anak, terutama bila hal itu terjadi pada bagian-bagian yang fatal. Karena itu tidak semua bagian tubuh mereka boleh dipukul.
Terlepas dari benar tidaknya cerita di atas, akan tetapi selemah apapun pukulan kita (menurut kita) bisa berakibat fatal pada anak terutama jika pukulan ke bagian-bagian tubuh yang rawan.
2. Bagian yang tidak boleh di pukul
Tubuh mempunyai bagian-bagian yang lebih lemah dari yang lain,bagian mana saja itu yang jika terkena pukulan akan berbahaya:
2.1. Bagian belakang kepala
Pusat pernapasan manusia ada di sini, jika terkena pukulan keras, bisa menimbulkan gangguan keseimbangan, mual-mual, gagal pernapasan dan beberapa komplikasi lainnya.
2.2. Bagian Pelipis
Pelipis berada di lokasi yang rawan kena pukulan karena dindingnya tipis, mudah retak atau pecah yang berdampak negatif pada pengembangan saraf penglihatan. Karena pelipis dekat sekali dengan mata, kerusakan pada pelipis akan lebih mudah menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu orangtua jangan sembarangan menampar bagian pipi dan telinga anak.
2.3. Menjewer telinga
Menjewer telinga dengan tenaga yang berlebihan bisa meretakkan sampai menjebolkan gendang telinga yang akan membuat pendengaran terganggu.
2.4. Mencubit hidung
Mukosa pada hidung anak-anak masih tergolong halus, dan karena dalam rongga hidung itu kaya dengan pembuluh darah sehingga mencubit keras hidung mudah melukai mukosa dan pembuluh darahnya.
2.5. Memukul pantat
Banyak orangtua tahu kalau bagian tubuh tertentu dari anak tidak boleh dipukul, kemudian timbul pemikiran pukul pantat saja karena dagingnya lebih tebal, mungkin tidak akan berbahaya kecuali menimbulkan rasa sakit. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Pantat memiliki saraf sciatic yang kalau terkena pukulan yang tidak ringan, maka dampaknya juga cukup serius.
2.6. Memukul bagian punggung
Ada orangtua yang selain memukul pantat juga sering memukul bagian punggung anak. Tulang belakang pada anak masih rawan pukulan karena belum sempurna perkembangannya. Pada hal di tulang belakang itu juga penuh dengan saraf-saraf penting.
3. Efek Memukul anak secara psikis
Selain menciptakan trauma memukul anak juga ada efek secara psikis atau mental, kemungkinan besar anak akan menjadi pelaku kekerasan pada teman mainnya. Atau yang lebih buruk, bahaya memukul anak diwariskan kepada keturunannya nanti. Tentu Anda tidak mau hal ini terjadi bukan?
Simak apa saja efek memukul anak, agar Anda sadar bahwa kekerasan bukanlah jawaban dalam menghadapi masalah dengan anak.
3.1. Menciptakan Tradisi Kekerasan Berulang
Masa kanak-kanak adalah masa ketika seseorang meniru semua yang dilakukan orang dewasa. Bila Anda terbiasa memukul saat memarahi anak, jangan heran jika kelak melihatnya melakukan hal sama pada adiknya.
Kebiasaan orangtua memukul akan menciptakan persepsi dalam diri anak, bahwa kekerasan boleh saja dilakukan. Sehingga dia akan bersikap agresif, dan memiliki kecenderungan memukul teman sebaya saat ada masalah. Lebih daripada itu, anak juga akan mengadopsi metode kekerasan saat dirinya dewasa dan menjadi orangtua.
Mungkin Anda bermaksud baik dengan memukul anak, atau tidak terlalu keras saat memukulnya. Tapi, yang akan diingat anak adalah kekerasan bisa dijadikan alat untuk mengungkapkan emosi. Akibatnya, dia bisa melakukan hal sama kepada orang lain.
Sadari hal ini, dan hentikan kebiasaan memukul anak dengan alasan apapun juga.
Selain pukulan, kekerasan verbal seperti bentakan, teriakan atau ancaman pada anak jika dia tidak berkelakuan baik juga sama buruknya. Hal ini akan memberi kesan bahwa anak tidak cukup berharga untuk dicintai orangtuanya sendiri.
3.2. Merendahkan Nilai Diri Anak
Citra diri anak dibangun dari persepsi orang lain tentang dirinya. Apabila dia terbiasa dipukul oleh orangtua, dia akan merasa dirinya lemah dan tak berdaya.
Bahkan di dalam keluarga yang penuh cinta sekalipun, kekerasan kecil seperti tamparan di bokong, atau pukulan dengan penggaris di telapak tangan, akan membuat anak memiliki persepsi ganda terhadap citra dirinya di mata orangtua.
Di satu sisi orangtua terlihat mencintainya, dengan memenuhi segala kebutuhannya. Namun di sisi lain, kekerasan yang dilakukan orangtua juga menorehkan luka batin yang tidak akan sembuh dalam waktu lama.
Hal ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri anak, sehingga dia tidak bisa menentukan nilai dirinya sendiri. Apakah dia seseorang yang disayangi, atau seseorang yang bisa disakiti jika melakukan kesalahan kecil?
Bila sejak kecil dia terbiasa menerima kekerasan dari orangtua, Anak akan sulit membela dirinya dari bullying ketika dewasa.
3.3. Menurunkan Nilai Anda Sebagai Orangtua
Seringkali, aksi memukul atau membentak anak membuat orangtua dihantui perasaan bersalah. Bahkan terkadang muncul perasaan gagal menjadi orangtua, karena tidak bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengan anak. Namun, karena tidak tahu apalagi yang harus dilakukan, orangtua akhirnya melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Orangtua adalah sosok orang dicintai, dihormati dan dipercaya oleh anak. Bukan ditakuti. Apabila anak sering menerima kekerasan dari orangtua, rasa hormat yang ia miliki pada ayah atau ibunya lama-lama akan terkikis. Hingga timbul perasaan benci pada orangtua sendiri.
Selain itu, kekerasan juga merusak hubungan orangtua-anak. Memberi jarak dalam sebuah hubungan yang seharusnya berlandaskan cinta dan kasih sayang.
3.4. Memukul Menimbulkan Kasus KDRT yang Lebih Buruk
Seperti kita tahu, ungkapan bahwa anak kecil semakin dilarang semakin dilakukan. Apabila setiap kesalahan yang diperbuat anak diberi hukuman kekerasan, berapa banyak kekerasan yang akan Anda lakukan padanya karena tidak patuh?
Orangtua yang tidak tahu cara lain membuat anak menjadi patuh, akhirnya akan jatuh pada kebiasaan menghukum dengan kekerasan. Awalnya hanya membentak, lalu tamparan di tangan, lalu pukulan di bokong. Hingga sabetan penggaris di punggung.
Tentunya Anda tidak mau menjadi orangtua yang melakukan kekerasan pada anak dan membuatnya menjadi trauma.
3.5. Memukul tidak Membuat Anak Menjadi lebih Disiplin
Menjadikan pukulan sebagai hukuman untuk mendisiplinkan anak, tidak akan mengubah perilaku anak menjadi lebih baik, justru malah sebaliknya. Anak akan cenderung membangkang.
Prinsip perilaku yang baik adalah : anak akan melakukan hal yang benar jika dia merasa dirinya benar. Kekerasan dalam bentuk apapun akan membuat anak merasa ada yang salah di dalam dirinya. Sehingga hal ini pun tercermin dari perilakunya.
Jadi, hentikan kebiasaan memukul sebagai hukuman dalam mendisplinkan anak.
3.6. Memukul menciptakan amarah di diri anak dan orangtua
Anak-anak belum bisa berpikir rasional seperti orang dewasa, dan persepi anak-anak sangatlah berbeda dari orangtua. Orangtua bisa saja berpikir bahwa pukulan adalah hukuman yang pantas bagi anak. Namun, yang dirasakan anak adalah ketidakadilan, penghinaan, hingga perasaan tidak dihargai sebagai manusia.
Dampaknya, anak akan menjaga jarak dari orang yang memukulnya. Juga dari orang lain karena ia merasa tidak ada yang bisa mengerti perasaannya sebagai manusia. Sehingga dia akan sulit bersosialisasi akibat amarah terhadap dunia yang mengendap di dalam dirinya.
Sedangkan pada orangtua, dia akan merasa sudah bisa melepaskan diri dari amarah. Dengan cara melampiaskannya kepada anak. Hal ini bisa menjadi candu, yang membuat orangtua mengulangi hal tersebut. Cobalah cara lain dalam melepaskan amarah Anda, jangan biarkan anak menjadi korban.
3.7. Pukulan membawa kenangan buruk
Anak yang sering dipukul orangtuanya, atau diberi hukuman dalam bentuk kekerasan lain akan memiliki luka hati yang sulit disembuhkan. Dia akan mengenang masa kecilnya sebagai hal traumatis dan tidak menyenangkan.
Kenangan buruk saat dihukum orangtua, akan menutupi kenangan indah yang ia miliki. Terutama, jika kenangan indah tersebut hanya sedikit. Hal ini karena kecenderungan manusia untuk mengingat hal yang buruk dibandingkan hal baik.
Berusahalah membuat kenangan indah sebanyak mungkin dengan anak, dan bukan kenangan buruk yang bisa menghantuinya seumur hidup.
3.8. Bahaya memukul anak dalam jangka panjang
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bahaya memukul anak jangka panjang, hasilnya sungguh mengejutkan:
Anak yang terbiasa dipukul, tumbuh menjadi orang egois dan antisosial. Dia bisa melegalkan kekerasan dalam mengungkapkan emosi saat menjadi remaja dan dewasa.
Gangguan psikologis pada anak yang jarang dipuji, dan lebih sering mendapat kekerasan baik secara verbal maupun fisik
Studi pada 679 responden menerima pemukulan sebagai cara mendisiplinkan anak. Hasilnya, responden berencana untuk melakukan hal yang sama pada anaknya nanti.
Anak yang terbiasa dipukul akan menunjukkan perilaku agresif pada kerabatnya.
Orang dewasa yang sering dipukul ketika remaja oleh orangtuanya, cenderung melakukan KDRT pada pasangan 4 kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah dipukul orangtuanya.
Banyak orangtua yang dulunya mengalami kekerasan saat kecil, melakukan kekerasan yang sama pada anaknya hingga menyebabkan cedera serius pada anak.
Kebanyakan pelaku kriminal adalah mereka yang kekerasan berlebihan dalam bentuk pendisiplinan.
3.9. Pukulan tidak akan membuat perilaku anak menjadi lebih baik
Apapun alasannya, kekerasan tidak akan membuat anak menjadi anak baik dalam waktu sekejap. Pukulan yang diterima anak, akan menciptakan jurang antara anak dan orangtua. Juga menimbulkan masyarakat yang tidak ramah anak.
Anak berhak untuk tumbuh di lingkungan yang membuatnya sehat secara mental maupun fisik. Hentikan kebiasaan memberi pukulan saat anak berbuat nakal, atau sebagai cara untuk mendisiplinkan mereka.
Banyak penelitian yang telah membuktikan tentang efek memukul anak, kekerasan tidak akan berhasil menciptakan kebaikan. Terutama kasusnya pada kekerasan terhadap anak.
4. 4 tahapan mendidik anak mengikuti sunnah Rasulullah s.a.w
4.1. Umur anak-anak 0–6 tahun.
Pada masa ini, Rasulullah s.a.w menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tak terbatas. Berikan mereka kasih sayang tanpa membedakan anak sulung maupun bungsu dengan bersikap adil terhadap setiap anak-anak. Tidak boleh dipukul andai mereka melakukan kesalahan walaupun atas dasar untuk mendidik.
Sehingga, anak-anak akan lebih dekat dengan kita dan merasakan kita sebagai bagian dari dirinya saat besar, yang dapat dianggap sebagai teman dan rujukan yang terbaik. Anak-anak merasa aman dalam meniti usia kecil mereka karena mereka tahu anda (ibu bapak) selalu ada disisi mereka setiap saat.
4.2. Umur anak-anak 7–14 tahun.
Pada tahap ini kita mulai menanamkan nilai DISIPLIN dan TANGUNG JAWAB kepada anak-anak. Menurut hadits Abu Daud, “Perintahlah anak-anak kamu supaya mendirikan shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (lelaki dan perempuan).” Memukul disini bukanlah dimaksudkan untuk menyiksa, cuma sekedar untuk mengingatkan mereka. Janganlah dipukul bagian muka karena muka adalah tempat penghormatan seseorang. Allah SWT mencipta sendiri muka Nabi Adam.
Sehingga, anak-anak akan lebih bertanggungjawab pada setiap perintah ALLAH terutama dalam mendirikan sholat ataupun berpuasa. Inilah masa terbaik bagi kita dalam memprogramkan kepribadian dan akhlak anak-anak mengikuti aturan Islam. Terserah pada ibu bapak apakah ingin menjadikan mereka seorang muslim, yahudi, nasrani ataupun majusi.
4.3. Umur anak-anak 15- 21 tahun.
Inilah fasa remaja yang penuh sikap memberontak. Pada tahap ini, ibu bapa seharusnya mendekati anak-anak dengan BERTEMAN dengan mereka. Perbanyak berkumpul dan berbincang dengan mereka tentang perkara yang mereka hadapi. Bagi anak remaja perempuan, berceritalah tentang kisah kedatangan ‘haid’ dan perasaan mereka ketika itu. Jadilah pendengar yang setia. Seandainya tidak setuju dengan tindakan mereka, hindari menghardik atau memarahi mereka terutama dihadapan saudara-saudaranya yang lain akan tetapi gunakan pendekatan secara diplomasi walaupun kita adalah orang tua mereka. Sehingga, tidak ada orang ketiga atau ‘asing’ akan hadir dalam hidup mereka sebagai tempat rujukan dan pendengar masalah mereka. Mereka tidak akan terpengaruh untuk keluar rumah untuk mencari kesenangan lain karena memandang semua kebahagian dan kesenangan sudah ada di rumah bersama keluarga.
4.4. Umur anak 21 tahun dan ke atas.
Fase ini adalah masa bapak ibu untuk memberikan KEPERCAYAAN penuh kepada anak-anak dengan memberi KEBEBASAN dalam membuat keputusan mereka sendiri. Ibu bapak hanya perlu memantau, menasehati dan diiringi doa agar setiap tindakan yang diambil mereka adalah benar. Berawal dari pergaulan yang benar di luar rumah. InsyaAllah dengan segala displin yang diasah sejak tahap ke-2 sebelum ini cukup menjadi benteng diri buat mereka. Ibu bapak jangan lelah untuk menasihati mereka, kerana nasihat yang diucap sebanyak 200 kali atau lebih terhadap anak-anak mampu membentuk tingkah laku yang baik seperti yang ibu bapak inginkan.
Penutup
Anda sudah sampai di akhir artikel. Terima kasih telah membaca sampai akhir. Sebagai informasi artikel ini panjangnya 2000 kata lebih. Jika artikel ini bermanfaat silahkan share ke social media sobat supaya lebih banyak manfaat yang insha allah jika banyak orang tua yang sadar akan efek memukul anak, sobat ikut berperan menjadikan generasi penerus kita yang jauh lebih baik dan ramah, kita mulai perubahan dari perlakuan kita terhadap anak kita sendiri dulu, yang nantinya akan di tiru oleh anak-anak kita memperlakukan cucu-cucu kita. Atau jika sobat punya tambahan silahkan tambahkan di kolom komentar.
Terima kasih telah berkunjung.
Posting Komentar